Pencarian

+

HIKMAH IDHUL ADHA DAN QURBAN

HIKMAH IDHUL ADHA DAN QURBAN
HIKMAH IDHUL ADHA DAN QURBAN

Hikmah Hari Raya Idhul Adha & Tingkatkan Kepedulian Terhadap Sesama

Oleh : Agus Yosep Abduloh, M.Pd.I, M.BA

Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Zulhijah pada kalender Hijriyah. Bulan Zulhijah dikenal sebagai bulan haji atau kurban. Bulan di mana umat islam di dunia melaksanakan ibadah haji di kota suci Mekkah. Rangkaian rukun haji harus dilalui dan dilaksanakan oleh para jamaah sesuai syariah dalam rangka menunaikan rukun Islam yang kelima.

Demi lancarnya pelaksanaan ibadah haji, calon jemaah sudah semestinya mempersiapkan diri baik fisik, ruhiyah dan materi. Untuk fisik perlu menjaga kebugaran dengan melakukan olah raga secara rutin. Peningkatan ruhiyah dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui memperbanyak ibadah, Dzikir, Baca Qur'an, Sholawat dan doa-doa. Dan mempersiapkan materi untuk memenuhi biaya selama melaksanakan haji di kota suci Mekkah dan bekal untuk pemenuhan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan di Rumah. 

Istilah hari kurban tak lepas dari peristiwa historis kenabian Keluarga Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihissalam yang sangat monumental. 

Pernah suatu saat Rasulullah SAW ditanya oleh sahabatnya mengenai makna penting dari ibadah penyembelihan kurban dalam Islam. Beliau menjawab dengan tegas bahwa ibadah kurban ini adalah ajaran Bapak kalian, yakni Nabi Ibrahim AS.

Hal penting dari Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban bagi umat Islam yaitu untuk selalu berupaya menghayati dan mengaktualisasikan makna esensi dan pesan-pesan luhur ibadah kurban dalam Islam, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai Khalifatullah, baik sebagai umat Islam maupun warga bangsa yang tidak terlepas dari misi agama untuk menghadirkan kemaslahatan dan kesejahteraan bagi sesama.

Kegiatan penyembelihan hewan kurban yang dilaksanakan hingga saat ini merupakan implementasi dari kepatuhan Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS dalam menjalankan perintah Tuhan. Nabi Ibrahim AS hidup pada abad 18 SM, suatu masa yang dikenal dalam sejarah manusia sebagai era terjadinya persimpangan jalan pikiran tentang maraknya praktek kurban manusia yang dipersembahkan kepada dewa-dewa atau tuhan-tuhan mereka. Sementara perintah Allah SWT kepada kholilullah Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya, Ismail lantaran diilhami dari suatu ru’yah (mimpi kenabian) yang diterima dari Allah SWT.

Para ahli tafsir menyatakan, perintah Allah kepada nabi Ibrahim AS agar menyembelih putranya sebagaimana dikisahkan dalam Alqur’an Surat As-Shaaffat ayat 102. Dalam ayat tersebut terkandung makna yang dalam untuk menyampaikan pesan dan pelajaran kepada manusia, bahwa betapapun besarnya cinta seseorang kepada anak atau apapun yang dimilikinya, sesungguhnya bukanlah sesuatu yang berarti bila Allah telah menghendaki. Pada hakikatnya apapun yang dimiliki dan dikuasai manusia sejatinya adalah sekedar titipan dari Allah Azza wa Jalla. Karenanya ridla dan mahabbah Allah yang sesungguhnya paling berarti dalam hidup dan kehidupan seorang muslim. Disebutkan juga dalam akhir kisah tersebut, Allah SWT memberikan pengganti seekor domba yang besar atas keberhasilan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam melaksanakan perintah dan ujian yang amat sangat berat itu.

Peristiwa monumental ini juga mengandung ‘ibrah (pelajaran), bahwa Allah SWT sangat sayang dan menjunjung tinggi harkat, martabat dan jiwa manusia, sehingga Ia sama sekali tidak memperkenankan manusia dijadikan kurban untuk penyembahan atau sebagai tumbal untuk kepentingan apapun yang pada akhirnya mengakibatkan tercucurnya darah atau lenyapnya nyawa manusia.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang muslim sejati adalah yang memiliki kecintaan dan kepatuhan mutlak kepada Allah SWT melebihi kecintaannya kepada siapapun dan apapun. Kecintaan manusia kepada siapa dan apa saja selalu didasari karena kecintaannya kepada Allah SWT.

Perjuangan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS hendaknya dapat dijadikan wahana introspeksi diri atas ketaatan manusia dalam memegang teguh syariat Islam, untuk selanjutnya ritualitas kurban diharapkan mampu membentuk pribadi muslim yang peduli terhadap masyarakat dan lingkungan sekelilingnya. Sebagai manusia yang siap berkorban dan mengulurkan tangan untuk membantu dan meringankan penderitaan kepada sesama, terutama kepada umat yang lemah dan membutuhkan (kaum dlu’afa dan masakin).

Hikmah Berkurban

Allah mensyariatkan pemotongan hewan kurban pada setiap bulan Zulhijjah seperti tertera dalam Surat Al-Hajj ayat 36-37. Allah menghendaki mereka yang memiliki kelebihan rezeki untuk membeli hewan kurban sesuai ketentuan, menyembelih, serta membagikan dagingnya kepada mereka yang berhak.

Syariat pemotongan hewan kurban ini tidak terlepas dari hikmah yang tersembunyi di baliknya. Allah menjadikan pemotongan hewan kurban sebagai bentuk syiar agama Allah. (Syekh Ali As-Shabuni dalam Rawa’iul Bayan, Tafsiru Ayatil Ahkam minal Qur’an, [Kairo, Darul Alamiyyah: 2015 M/1436 H], juz I, halaman 504).

Pemotongan hewan kurban dimaksudkan agar umat Islam dapat mendekatkan diri kepada Allah, dan mendapatkan ampunan serta ridha-Nya. Pemotongan hewan kurban juga dapat menjadi sarana kaffarah/penebusan dosa atau kekhilafan yang dilakukan individu-individu umat Islam.

Syariat pemotongan hewan kurban dimaksudkan agar mereka membiasakan diri ikhlas dalam ucapan dan amal perbuatan. Orang-orang yang beriman memotong hewan kurban atas nama dan perintah Allah. Mereka tidak menyebut nama selain Allah dan tidak bertawajuh kepada selain-Nya.

Orang-orang yang beriman juga tidak meniatkan amalnya selain keridhaan Allah sebagaimana Surat Al-An’am ayat 162-163, “Sungguh, shalat, ibadah, hidup, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Untuk itu aku diperintah. Aku adalah orang pertama yang tunduk menyerah.”

Dengan menghadapkan amal ibadah kepada Allah, mereka akan terbiasa beribadah dengan ikhlas tanpa kemusyrikan dan akan mendapatkan derajat ketakwaan sebagaimana diisyaratkan dalam Surat Al-Hajj ayat 37, “Daging dan darahnya tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan di antara kamu yang akan sampai kepada-Nya.”

Jika kaum musyrikin Makkah menyembelih kurban untuk berhala mereka dengan mengharapkan maslahat-manfaat dan penolakan mudharat dari berhala-berhala tersebut, maka orang yang beriman menyembelih kurban bukan untuk berhala sebagaimana kaum musyrikin. Orang yang beriman bertaqarrub melalui ibadahnya kepada Allah semata.

Islam menghubungkan hewan kurban yang disembelih oleh mereka yang berhaji dan ketakwaan hati. Ketakwaan menjadi puncak tujuan manasik dan syiar ibadah haji. Manasik dan semua bentuk syiar ibadah haji termasuk pemotongan hewan kurban merupakan simbol ungkapan tawajuh dan ketaatan kepada Allah, Tuhan Ka‘bah.

Ibadah pemotongan hewan kurban juga merupakan peringatan tebusan atau peringatan atas persembahan Nabi Ibrahim AS yang rela menyembelih anaknya Ismail AS demi mematuhi perintah Allah SWT yang diterimanya melalui mimpi sebagaimana Surat As-Shaffat ayat 102-107. (As-Shabuni, 2015 M/1436 H: I/505).

Ibadah pemotongan hewan kurban merupakan peringatan atas tanda kebesaran Allah dan salah satu bentuk mukjizat-Nya yang terang benderang ketika Allah menebus persembahan Nabi Ibrahim dengan hewan kurban yang bagus.

Setelah Peristiwa agung penyembelihan tersebut, pemotongan hewan kurban menjadi sarana sedekah dan taqarrub kepada Allah dengan berbagi daging kepada orang-orang fakir dan membantuk kaum dhu‘afa yang membutuhkannya. (As-Shabuni, 2015 M/1436 H: I/505). Wallahu a’lam.

Di akhir tulisan ini, penulis mengajak apabila kita memiliki kenikmatan, hendaknya berbagi kenikmatan itu kepada yang membutuhkan. Apabila ada orang lain menderita, kita membantu untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi penderitaannya. Bila ada saudara kita sakit, hendaknya kita turut mengobati dan berempati kepadanya. Bila ibadah puasa kita yang lalu mengajak kita merasakan lapar serta dahaga sebagaimana orang-orang miskin sering merasakannya, maka ibadah kurban saat ini mengajak saudara-saudara kita merasakan nikmatnya kenyang sebagamana kita sering mengalaminya.

Komentar
  1. Belum Ada Komentar
Profil
Profil Yayasan Daarul Mu'miniin Internasional

Yayasan Pendidikan Islam Daarul Mu'miniin Internasional mempunyai visi dan misi serta bertujuan menyediakan pusat / kawasan pendidikan yang Islami dengan konsep Pendidika

Kategori
Artikel Populer
Video
Event Terdekat
Tidak Ada Event Terdekat