Yayasan Pendidikan Islam Daarul Mu'miniin Internasional mempunyai visi dan misi serta bertujuan menyediakan pusat / kawasan pendidikan yang Islami dengan konsep Pendidika
Pendapat yang kuat terkait penamaan puasa 'Arafah adalah
Saudaraku....
Bila dilihat dari sejarah penamaan 'arafah menurut para aimmah dikarenakan pada hari itu (9 Dzûlhijjah) nabi Ibrâhîm 'alaihis salâm berucap kepada Jibrîl 'alaihis salâm: 'araftu, 'araftu dan dari sinilah muncul penamaan hari 'Arafah. Dan dari sini dapat difahami penamaan Arafah itu asal mulanya karena di tanggal 9 Dzûlhijjah keluar ucapan nabi Ibrâhîm 'alaihis salâm 'araftu 'araftu.
Dan nantinya pada hari 9 Dzûlhijjah ini nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi wa sallam berpuasa di dalamnya.
Sementara syari'at haji dalam Islâm dimulai tahun 9 Hijriyyah, dan wuqûf di 'Arafah terjadi pada tanggal 9 Dzûlhijjah, sehingga difahami Wuqûf di 'Arafah bertepatan dengan tanggal 9 Dzûlhijjah dan bukan 9 Dzûlhijjah bertepatan pada hari wuqûf di 'Arafah.
Sehingga dinamakan puasa hari 'arafah karena 9 Dzûlhijjah bukan karena orang wuqûf di 'arafah, dan wuqûf itu terjadi pada tanggal 9 Dzûlhijjah.
Dan puasanya karena tanggalnya dan bukan karena wuqûfnya.
Dan dalîl yang kuat bahwasanya nabi berpuasa 'arafah itu pada tanggal 9 Dzûlhijjah, dan hari wuqûf di 'Arafah bertepatan dengan tanggal itu.
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ
Dari istri-istri Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam berkata: Bahwa Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan Dzûlhijah, pada hari ‘ syûrâ’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya , serta senin dan kamis pada setiap bulan. (HR. Abû Daud & An-Nasâi)
Perkataan para aimmah bahwasanya hari 'arafah itu adalah hari kesembilan Dzûlhijjah:
1. Ibnu Qudâmah rahimahullâh berkata:
فأما يوم عرفة: فهو اليوم التاسع من ذي الحجة
Dan adapun hari arafah adalah hari kesembilan dari Dzûlhijjah.
2. An-Nawawiy rahimahullâh berkata:
قَال أَصْحَابُنَا: وَليْسَ يَوْمُ الفِطْرِ أَوَّل شَوَّالٍ مُطْلقًا وَإِنَّمَا هُوَ اليَوْمُ الذِي يُفْطِرُ فِيهِ النَّاسُ بِدَليل الحَدِيثِ السَّابِقِ، وَكَذَلكَ يَوْمَ النَّحْرِ، وَكَذَا يَوْمَ عَرَفَةَ هُوَ اليَوْمُ الذِي يَظْهَرُ للنَّاسِ أَنَّهُ يَوْمَ عَرَفَةَ، سَوَاءٌ كَانَ التَّاسِعَ أَوْ العَاشِرَ
“Para ashâb kami (Syâfi'iyyah) berkata:
Tidaklah hari berbuka itu bermakna hari pertama bulan Syawal secara muthlaq. Ia adalah hari dimana orang-orang berbuka padanya dengan dalîl hadîts sebelumnya (yaitu hari berbuka kalian adalah di hari kalian berbuka’). Begitu pula dengan hari penyembelihan . Begitu pula dengan hari ‘Arafah, hari 'arafah adalah hari yang nampak bagi orang-orang bahwasannya hari itu adalah hari ‘Arafah. Sama saja apakah itu hari kesembilan atau HARI KESEPULUH bagi tempat lain".
3. Badruddin al-'Ayniy ('ulamâ' Hanafiyyah) berkata:
وأما عرفة فإنها تطلق على الزمان وهو التاسع من ذي الحجة وعلى المكان وهو الموضع المعروف الذي يقف فيه الحجاج يوم عرفة
“Dan adapun 'Arafah, maka ia diithlaqkan kepada zaman (waktunya), yaitu tanggal 9 Dzûlhijjah, dan juga pada tempat yaitu tempat yang ma'rûf yang mana para jamaah haji pada hari 'Arafah itu wuqûf di tempat itu. ”
Dan beliau mendahulukan zaman setelahnya makân, ini menunjukkan bahwasanya adanya tempat setelah adanya zaman.
4. Al-Khirasyi berkata:
(قَوْلُهُ: وَعَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ) هَذِهِ الْمَوَاسِمُ الْمُشَارُ بِقَوْلِهِ وَغَيْرِهِ مِنْ الْمَوَاسِمِ ، وَعَاشُورَاءُ وَنِصْفُ شَعْبَانَ مَوْسِمٌ مِنْ حَيْثُ الصَّوْمُ وَغَيْرُهُ مِمَّا يُطْلَبُ فِيهِ، وَالْمَوَاسِمُ جَمْعُ مَوْسِمٍ الزَّمَنُ الْمُتَعَلِّقُ بِهِ الْحُكْمُ الشَّرْعِيُّ وَلَمْ يُرِدْ بِعَرَفَةَ مَوْضِعَ الْوُقُوفِ بَلْ أَرَادَ بِهِ زَمَنَهُ وَهُوَ الْيَوْمُ التَّاسِعُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ
“Hari Arafah dan syûra' -sebagaimana yang disebutkan- adalah salah satu dari musim-musim ibadah. Jika ditinjau dari sisi puasa maka Hari ' syûra’, Nisfu Sya’bân, dan yang lainnya adalah musim ibadah yang dituntut untuk berpuasa pada musim tersebut. Musim adalah waktu yang terkait dengan suatu hukum syariat. Bukanlah yang dimaksud dengan lafal “Arafah” adalah tempat wuqûf, akan tetapi yang dimaksud adalah waktunya, yaitu waktu wuqûfnya yaitu 9 Dzûlhijjah”
[Syarh Mukhtashar Al-Khalil (2/234)]
5. Al-Hâfizh Ibnu Hajar Al-'Asqalâniy berkata :
لستة أيام متوالية من أيام ذي الحجة أسماء الثامن يوم التروية والتاسع عرفة والعاشر النحر والحادي عشر القر والثاني عشر النفر الأول والثالث عشر النفر الثاني
“Ada 6 hari berturut-turut di bulan Dzûlhijjah yang mempunyai nama khusus. Tanggal 8 Dzûlhijjah adalah hari Tarwiyah. Tanggal 9 adalah hari 'Arafah. Tanggal 10 adalah hari Nahr. Tanggal 11 adalah hari Qarr. Tanggal 12 hari Nafar Awal dan tanggal 13 adalah hari Nafar kedua.”
Hub Admin :
http://wa.me/6285223670233
----------------------
💫Sosial Media Ust.Aya💫
https://linktr.ee/agusyosepabduloh
Follow Sosmed DM
https://linktr.ee/Ypi.daarulmuminiin
Yuk kunjungi sosial media AHC
https://linktr.ee/asyifaherbalcenter
Yuk Nabung Umroh
https://bit.ly/Ikhtiar-UMROH
Yayasan Pendidikan Islam Daarul Mu'miniin Internasional mempunyai visi dan misi serta bertujuan menyediakan pusat / kawasan pendidikan yang Islami dengan konsep Pendidika
Belum Ada Komentar