Yayasan Pendidikan Islam Daarul Mu'miniin Internasional mempunyai visi dan misi serta bertujuan menyediakan pusat / kawasan pendidikan yang Islami dengan konsep Pendidika
[Part 1: Muqaddimah]
By : Belajar Islam dari Dasar
-----
بسم الله الرحمن الرحيم
Allah berfirman dalam kitab-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
"Hai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka" {QS. At-Tahrim:6}
Menjaga diri dan keluarga dari api neraka merupakan perintah Allah untuk setiap pemimpin keluarga / laki-laki, tapi pada umumnya untuk setiap orang yang memiliki tanggung jawab mendidik.
Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu pernah mengatakan makna dari ayat tersebut adalah:
عَلِّمُوهُمْ وَأَدِّبُوهُمْ
"Ajarilah dan didiklah"
Maka sebagaimana yang disebutkan Ali bin Abi Thalib bahwa tarbiyah ada dua, yaitu:
1. Ta'lim (التعليم): mengajarkan ilmu, menjadikan apa yang belum diketahui agar diketahui.
2. Ta'dib (التأديب): mendidik agar mengerjakan apa yang telah mereka dapatkan dari ilmu tersebut.
Ta'lim dan Ta'dib merupakan obat bagi dua penyakit, yaitu Syubhat dan Syahwat.
🅰 Syubhat (الشبهات) atau kesamaran. Ta'lim akan menghilangkan syubhat agar tidak samar2 dalam melihat kebenaran, agar tahu dan mengerti mana yang haqq dan mana yang bathil, mana yang haram dan mana yang halal.
Orang yang dikuasai syubhat akan masuk dalam golongan orang-orang yang Sesat (الضالون). Sebagaimana orang yang bepergian menuju suatu tempat akan tetapi dia tidak tahu dan tidak mencari tahu jalan yang benar maka ia tersesat.
Orang-orang yang sesat (الضالون) juga dibagi menjadi dua tingkatan:
1. Syirik (الشرك) / kekafiran. Ia adalah kesesatan yang paling nyata, dimana seseorang tidak akan masuk surga ketika bertemu Allah dengan membawa dosa syirik. Syirik / kufur kesesatan ini dijelaskan dalam al-Qur'an:
{فَرِيقًا هَدَىٰ وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلَالَةُ ۗ إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ}
"Sebagian diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi sudah jelas kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan awliya' (wali-wali) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk." (QS. Al-A'raf:30)
Menjadikan syaithan sebagai wali (penolong/pelindung) adalah bentuk kesyirikan, akan tetapi mereka meyakini ini adalah kebenaran. Mereka kafir disebabkan kebodohan mereka (Kufrul Jahl).
👉Seperti orang-orang musyrik Quraisy yang menyembah Latta dan 'Uzza, mereka mengira bahwa apa yang mereka lakukan ini sesuai dengan apa yang dibawa Nabi Ibrahim dan Isma'il 'alayhimassalam.
👉Contoh lainnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang kaum nasrani dan yahudi,
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah” (QS. At Taubah : 31)
Adi bin Hatim Ath Thoo-i radhiyallahu ‘anhu yang dulunya adalah seorang Nasrani bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membacakan ayat tersebut: “Wahai Rasulullah, kami tidaklah beribadah kepada mereka”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أليس يحلون لكم ما حرم الله فتحلونه، ويحرمون ما أحل الله فتحرمونه؟
“Bukankah mereka menghalalkan untuk kalian apa yang Allah haramkan, sehingga kalianpun ikut menghalalkannya. Dan mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan, sehingga kalian pun ikut mengharamkannya?”.
Beliau (Adi bin Hatim) berkata : “Benar”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فتلك عبادتهم
“Itulah (yang dimaksud) beribadah kepada mereka.” [HR. Ahmad & HR. Tirmidzi]
Dari hadits ini menunjukkan, bahwa Adi bin Hatim tidak mengetahui bahwa mentaati rahib2 dalam membuat syari'at yang menyelisihi syari'at Allah adalah perbuatan syirik akbar/kekafiran, akan tetapi Rasulullah tetap mengatakan bahwa mereka telah berbuat kekafiran yaitu menyembah rahib2 mereka selain Allah dan mereka menjadi kafir sebab kebodohan mereka.
{الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا}
"Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS. Al-Kahfi:104)
Orang-orang musyrik itu tidak berilmu sehingga dikuasai syubhat. Para 'ulama menafsirkan bahwa orang-orang sesat ini adalah golongan Nasrani. Mereka bodoh karena mengikuti rahib-rahib mereka dengan sungguh-sungguh dan mengira mendapatkan pahala dari apa yang mereka kerjakan.
Orang-orang musyrik di akhirat akan beralasan dengan alasan-alasan yang tidak diterima oleh Allah subhanahu wata'ala:
a. Kelalaian (الغفلة). Allah berfirman:
{وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ}
"Dan ketika Rabbmu mengeluarkan anak cucu Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabbmu?" Mereka menjawab: "Benar, kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lalai terhadap hal ini". (QS. Al-A'raf:172)
b. Taklid (التقليد). Allah berfirman:
{أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ ۖ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ}
"atau agar kamu tidak mengatakan: 'Sesungguhnya nenek moyang kami telah berbuat syirik sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" (QS. Al-A'raf:173)
2. Bid'ah (البدعة) ialah tingkatan dibawah syirik. Yaitu sesuatu yang diada-adakan dalam perkara agama. Rasulullah ﷺ bersabda:
(وشر الأمور محدثاتها ، وكل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار)
"Seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan (dalam agama), dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka." (Sunan An-Nasa'i 3/188)
Bid'ah ada dua, yaitu:
a. Bid'ah yang berupa keyakinan, seperti keyakinan orang-orang khawarij, murji'ah, qadariyah, jabariyah, mu'tazilah, dan lain-lain.
b. Bid'ah yang berupa amalan. Melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat dalam perkara ibadah, dan mereka mengaku berada di atas kebenaran karena mereka tidak ta'lim / mempelajari perkara diin.
🅱 Syahawat (الشهوات) atau keinginan-keinginan. Ta'dib akan menundukkan syahwat yang mengantarkan pada keburukan agar tunduk pada kebenaran yang telah ia ketahui.
Orang yang dikuasai syahwat masuk dalam golongan orang-orang yang dimurkai (المغضوب عليهم). Ia telah mengetahui kebenaran tapi tidak mengamalkan, sebagaimana orang yang sudah tahu jalan tetapi ia malas dan tidak punya keinginan, maka perjalanannya tidak akan terjadi.
Keduanya (yang sesat dan yang dimurkai) merupakan golongan yang setiap hari kita berlindung darinya minimal 17kali, yaitu dalam surat *al-Fatihah* di shalat rawatib
{غير المغضوب عليهم ولا الضالين}.
Orang-orang yang dimurkai (المغضوب عليهم) memiliki dua tingkatan, kubra (besar) dan sughra (kecil):
1. Kekafiran (الكفر), dalam artian kekafiran yang berkaitan dengan penolakan karena kesombongan (الجحود والاستكبار).
Karena kekufuran itu ada dua sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim, yaitu yang berkaitan dengan kufrul jahl (كفر الجهل) yaitu kekafiran karena kebodohan, dan yang berkaitan dengan kufrul juhud (كفر الجحود) atau kekafiran karena menolak sesuatu yang telah sampai kepadanya kebenaran.
👉Contoh Kufrul Juhud (Kekafiran karena Penolakan) disertai kesombongan yaitu iblis.
Ketika diperintahkan kepadanya untuk sujud kepada Adam 'alaihissalam, dalam alQur'an Allah berfirman :
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir." (QS. Al-Baqarah:34)
Padahal di beberapa riwayat disebutkan bahwa Iblis mulanya adalah makhluk yang sangat taat kepada Allah. Tetapi, ketika mereka menolak satu saja dari perintah Allah dan sombong dengan mengkoreksi Allah (bahwa mereka diciptakan lebih baik dari Adam 'alaihissalam), maka Allah nyatakan penolakannya itu sebagai kekafiran.
👉Contoh Kufrul Juhud lainnya adalah orang Yahudi mertua Rasulullah ﷺ, *Huyay bin Akhthab*, pembesar bani Nadhir (kalangan bangsawan yahudi) di Madinah. Diriwayatkan dari istri Rasulullah ummul mu'minin Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab radhiallahu 'anha: "Dulu aku adalah anak yang paling dicintai oleh ayahku dan pamanku Abu Yasir. Aku tidak pernah menemui mereka sekalipun membawa anak mereka kecuali membawaku bersamanya.
Saat datangnya Rasulullah ﷺ di Madinah, dan beliau singgah di Quba' tempat bani Amru bin 'Auf. Menyusul keesokan harinya ayahku Huyay bin Akhthab dan pamanku Abu Yasir bin Akhthab mengendap-endap di kegelapan penghujung malam.
Mereka tidak kembali hingga terbitnya matahari, dan mereka pulang dalam keadaan lelah letih lesu lagi berjalan dengan lamban. Maka aku membantu mereka. Demi Allah mereka tidak menoleh padaku sedikitpun, dan wajah mereka begitu murung.
Lalu aku mendengar pamanku Abu Yasir, dan ia berkata kepada ayahku Huyay bin Akhtab: Apakah dia orangnya? (Maksudnya: Apakah Muhammad ﷺ adalah nabi yang engkau nantikan, yang kita temui ciri-cirinya di kitab-kitab kita?). Huyay bin Akhthab menjawab: Benar demi Allah.
Berkata Abu Yasir: Apakah engkau mengenalinya dan benar-benar yakin?
Huyay bin Akhthab menjawab: Iya.
Berkata lagi Abu Yasir: Maka apa sikapmu terhadapnya?
Huyay bin Akhthab menjawab: Demi Allah aku akan senantiasa memusuhinya." [Sirah ibnu Hisyam 517:1]
Karena syahwat yang berupa kedudukan dan kekuasaan, Huyay bin Akhthab menolak meski sudah sampai padanya kebenaran. Perkataannya yang sebelumnya bisa dijadikan hukum di kalangan orang yahudi, tidak akan berlaku lagi jika ia menerima kebenaran Rasulullah ﷺ. Salah satu perkataannya yang dijadikan hukum adalah perkara diyat (tebusan). Ia berkata jika orang dari Bani Nadhir membunuh orang dari bani Quraidhah (kalangan bawahan yahudi) maka diyatnya satu, tapi sebaliknya jika orang dari Bani Quraidhah membunuh orang dari Bani Nadhir maka diyatnya dua.
Para 'ulama menafsirkan orang-orang yang dimurkai adalah orang-orang Yahudi, karena penolakan terhadap kebenaran-kebenaran yang telah sampai pada mereka.
2. Maksiat (المعصية), adalah tingkatan sughra dari orang-orang yang dimurkai. Ketika telah datang kebenaran dan pengetahuan pada seseorang lalu ia melanggar (tanpa adanya istihlal/membenarkan perbuatannya) karena kurangnya ta'dib untuk menundukkan syahwatnya.
👉Contohnya dosa-dosa seperti judi, zina, dan kemaksiatan lainnya.
Noted
Semua bentuk kesyirikan adalah kekafiran. Tapi tidak semua bentuk kekafiran adalah kesyirikan.
❌Hanya melakukan ta'lim dan menjadi 'alim (عالم)/berilmu saja tidak cukup, nanti ia akan menjadi golongan orang-orang yang dimurkai (المغضوب عليهم), karena akan terkena fitnah Syahwat.
❌Hanya melakukan ta'dib dan menjadi 'abid (عابد)/ahli ibadah saja juga tidak cukup, nanti ia akan menjadi golongan orang-orang sesat (الضالون), karena akan terkena fitnah Syubhat.
✅Haruslah ada keduanya, agar ada lawan dari keduanya, yaitu jalan yang lurus (الصراط المستقيم), menjadi 'Alim dan juga 'Abid.
Jalan yang lurus (الصراط المستقيم) ada tiga tingkatan :
1. Tauhid (التوحيد), lawan dari kufur dan syirik. Ia adalah kalimat Laa ilaaha illallaah. (لا إله) adalah peniadaan semua sesembahan, kesyirikan dan kekufuran. (إلا الله) adalah penetapan Allah sebagai Rabb.
2. Sunnah (السنة), adalah lawan dari bid'ah.
3. Tha'ah (الطاعة), adalah lawan dari maksiat.
Jika ketiga hal itu 👆 ada dalam diri seseorang dan meniadakan lawan-lawannya, maka ia berada di atas Mustaqiash-Shirathal Mustaqim secara sempurna.
Jika orang bertauhid saja tetapi masih melakukan bid'ah dan maksiat, maka dia berada di ash-shirathal mustaqim tapi kurang (ناقص)/tidak sempurna, karena masih tercampur di dalamnya hal-hal yang rusak.
Maka kita senantiasa berdoa agar selalu berada di atas ash-Shirathal mustaqim. Kita disunnahkan untuk berdoa:
(اللهم أرنا الحق حقاً وارزقنا اتباعه ، وأرنا الباطل باطلاً وارزقنا اجتنابه)
"Ya Allah perlihatkanlah kepada kami kebenaran itu benar, dan karuniakanlah kami untuk dapat mengikutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami kebatilan itu batil, dan karuniakanlah kami untuk dapat menjauhinya."
Do'a saja tidak cukup, harus ada bentuk kejujuran do'a. Yaitu melakukan apa yang bisa mengantarkan kita padanya, yaitu Ta'lim dan Ta'dib.
Ta'dib itu lebih sulit daripada Ta'lim.
Untuk menundukkan syahwat itu lebih susah. Ta'lim dalam waktu singkat saja, orang yang tidak tahu bisa berubah pemahaman menjadi tahu.
Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah mengatakan:
( تعلمت الأدب ثلاثين سنة , وتعلمت العلم عشرين سنة)
"Aku melakukan ta'dib selama 30 tahun, dan melakukan ta'lim selama 20 tahun"
Ta'dib itu lebih panjang waktunya, yaitu dengan amal-amal shalih. Karena setiap amalan memiliki akar atau pengaruh dalam jiwa kita. Seperti shalat, qira'atul qur'an, dan lain-lain. Dan ini membantu kita untuk ta'dib/menundukkan syahwat.
والله أعلم بالصواب
والحمد لله رب العالمين
*****
Yayasan Pendidikan Islam Daarul Mu'miniin Internasional mempunyai visi dan misi serta bertujuan menyediakan pusat / kawasan pendidikan yang Islami dengan konsep Pendidika
Belum Ada Komentar